
Foto: Pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Stram Kurs, politisi Swedia-Denmark Rasmus Paludan digambarkan sedang memegang edisi Al-Qur’an (Alquran), teks agama utama Islam, saat melakukan protes di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm, Swedia, pada 21 Januari 2023. (TT News Agency/AFP via Getty Ima/FREDRIK SANDBERG)
TRIBUN GROUP.COM. Jakarta – Kepolisian Swedia menolak untuk memberikan izin kepada aksi pembakaran kitab suci Al Quran yang diajukan politisi sayap kanan Rasmus Paludan. Ini dilakukan setelah aksinya itu memicu protes dari negara-negara muslim. Dilansir dari CNBC Indonesia.
Dalam pernyataannya, Kepolisian menyebut bahwa aksi Paludan ini dapat memicu gejolak keamanan di Negeri Scania itu. Langkah ini juga diambil setelah berdiskusi dengan pejabat keamanan berwenang lainnya.
“Pertemuan dan protes semacam itu dinilai dapat menyebabkan gangguan serius terhadap keamanan nasional,” tulis Kepolisian Swedia, dikutip Russia Today, Jumat (10/2/20223).
Politisi sayap kanan Denmark Rasmus Paludan, yang juga memegang kewarganegaraan Swedia, membakar kitab suci Islam di depan kedutaan Turki bulan lalu. Aksi ini dilakukan untuk memprotes Ankara yang masih menolak keikutsertaan Stockholm ke dalam aliansi pertahanan NATO.
Paludan mengatakan aksinya ini dilindungi kebebasan berekspresi. Ia juga bertekad untuk melakukan pembakaran ini setiap pekan hingga Turki setuju Swedia masuk ke dalam NATO.
Aksinya itu pun memicu gelombang kemarahan di seluruh dunia Muslim. Tercatat, demonstrasi besar terjadi di Turki, sementara sejumlah negara Muslim mengeluarkan kecaman atas aksi itu.
Dalam kecamannya, beberapa negara juga menyoroti tindakan Pemerintah Swedia saat pembakaran itu terjadi. Pasalnya, otoritas berwenang seakan-akan memaklumi aksi pembakaran itu dan memberikan pengamanan kepada Paludan.
Selain memicu protes, demonstrasi Paludan pada bulan Januari membahayakan upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO. Apalagi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan tidak akan mengizinkan Swedia untuk bergabung bila masih mengizinkan aksi pembakaran Al Quran.
“Selama (Swedia mengizinkan) kitab suci saya, Alquran, untuk dibakar dan dirobek… kami tidak akan mengatakan ya untuk masuknya Anda ke NATO,” paparnya.
Turki dan Swedia sendiri memiliki hubungan yang alot. Ankara menyebut penolakan persetujuan untuk memasukan Stockholm ke NATO ini disebabkan dukungan pemerintah negara itu pada pemberontak Kurdi, yang dicap teroris di Turki.
Sementara itu, ditempat terpisah Haryanto P. Varendi yang merupakan tokoh publik yang familiar disebut sebagai Cagubnya Rakyat Lampung yang sebelumnya turut mengecam tindakan Rosmus Paludan mengaku bersyukur tindakan Paludan terhenti menyusul larangan dari pihak Pemerintah Swedia.
“Alhamdulillah Tindakan tidak terpuji dan tercela Rosmus Paludan dapat dihentikan. Hal tersebut seharusnya sejak awal dilarang karna apapun bentuknya penistaan ataupun penodaan terhadap agama apapun tidak dibenarkan dan tidak mencerminkan toleransi antar pemeluk agama. Semoga tindakan serupa tidak terjadi lagi. ” Pungkasnya .